Monday, February 22, 2010

Marley VIII

GRRR—AHHH!! GRRRR…
Geraman-geraman terngiang-ngiang di kepalanya yang makin terasa pusing. Setengah mati Mayda berusaha tetap sadar. Atau malah dia memang sudah mati?
“Pliz.. jangan mati dulu..itu si Sandra masih ngutang pulsa banyak banget ma gue..dan gue uda beli tiket bulan madu ma Lulu ke Bali.. anjing! Jangan mati duluuuu… annnn-!”

Tuuut-tuut-tuuuttt…

Ah mati. Ponselnya mati. Padahal ia sudah bilang pakai saja Xelon lain dan bukan dirinya. Ia tak ahli membedah dan hanya ingin mengorek bangkai, bukan yang masih berdegup seperti ini. Jing lalu menghela nafas dan kembali ke meja operasi. Kembali menghadapi seonggok makhluk yang mau tidak mau akan jadi induk semang Dio.
“Belum selesai juga?” tiba-tiba sebuah suara menegurnya. Suara yang sangat ia kenal. Datar tenang dan meruapkan kepongahan yang luar biasa di tiap jedanya. Ia selalu menyunggingkan senyum jahat hingga taringnya selalu tampak lebih sombong daripada dirinya.
“Belum, Re.. aku tidak tahu apa dia bisa tahan dengan Dio” Jing memasukkan ujung sulurnya lebih dalam lagi untuk mengambil benda kecil yang kini terselip di saluran trachea manusia yang masih bersimbah darah itu.
“Buat dia tahan. Kalau perlu aku akan memberikannya cairan itu agar kali ini manusia itu bisa berguna”
Jing hanya bisa menggerakkan tangkai-tangkai putik di atas kepalanya yang bewarna ungu pucat. Ferre lalu menyunggingkan senyumnya lagi lalu berjalan menembus pintu.
Dio dalam tabung kaca sudah berulangkali berganti wujud. Sebentar besar. Sebentar kecil kembali. Sulurnya mulai tumbuh sepanjang tungkainya dan mulai memilin-milin. Selama itu pula ia berusaha memecahkan kaca tabung, penasaran setengah mati pada apa yang sedang dikorek-korek Jing. Ia memutar-mutar telinganya yang berbentuk bunga dan menempelkannya ke kaca tabung. Berusaha mencari tahu dan mengenali degupan si manusia yang katanya telah membuatnya hidup.
Kening Jing yang juga kelopak dari kepalanya berkerut-kerut dan berlipat-lipat. Ujung sulurnya telah berhasil menemukannya. Begitu ia cabut keluar benda putih berkilat itu, seketika itu juga manusia itu membuka matanya dan,
“EMAAAAAAAK!!!!”
Manusia itu terduduk dengan nafas memburu. Matanya berkerjab-kerjab lalu menyadari sesuatu berdiri di sisinya, ia pun menoleh. jing masih mematung.
“err.. Pohon pisang...ungu?” Mayda bergumam setelah dengan setengah sadar ia menganalisa Jing dengan kelopak ungu di kepalanya.
“Bukan. Saya salah satu dari sembilan Xelon di sini.”
“Pohon pisangnya bicara!” seru Mayda.
“Bu..kan..di..a..bu..kan..po.pisa..ng” Dio tiba-tiba saja sudah melayang terbang mendekati Mayda.
“Ah! Setan kecil yang tadi!” Mayda mengenali tubuh kecil makhluk di hadapnnya dan telinga bunga merah mudanya. Makhluk kecil itu ijo muda dan berbulu-bulu lembut di seluruh tubuhnya. Di ujung-ujung jarinya tumbuh sulur-sulur tipis yang menggulung-gulung menyerupai jari. Dan senyum manisnya yang canggung terlihat sama seperti ketika ia mengucap sesuatu yang aneh sebelumnya.
“Dio, kurasa dia belum siap. Kembalilah ke tabungmu” ucap Jing sambil menunjuk ke arah tabung besar yang kacanya pecah sebagian. Dio menggeleng-geleng. Sulur di ujung jarinya menebal dan meruncing. Dua bola mata Dio yang bersinar kuning menatap lurus ke dalam mata Mayda hingga gadis itu merinding ngeri. Tubuhnya terasa terpaku dan ia baru merasakan semilir wangi amis darah dan ketika ia mengikuti baunya, sadarlah ia kalau rongga dada sampai perutnya terbuka. Ia terbelalak melihat isi dari tubuhnya sendiri dan ingin berteriak sekuatnya tapi tak mampu. Rahangnya kaku dan tenggorokannya kering. Ia hanya bisa melihat dan merasakan apa yang selanjutnya terjadi pada dirinya.
Dio, makhluk aneh kecil yang sebelumnya menyapanya dengan lucu kini menggeram sambil menancapkan sulur-sulurnya ke dalam tubuh terbuka Mayda dengan bertubi-tubi sampai tubuhnya gemetar. Seperti dihujam ribuan pisau, Mayda merasa tersayat-sayat dan terpotong kecil-kecil tiap sulur itu menghujaminya. Dio seperti berpegangan dan menghadap tepat ke dada Mayda yang terbuka. Ia melebarkan celah di wajahnya yang menjadi mulutnya dan menampilkan sederetan gigi-gigi kecil tidak beraturan yang bersimbah liur. Mayda menyumpah serapah sekaligus berdoa kuat-kuat dalam hati. Ia berharap kengerian di hadapannya hanya mimpi. ia bergidik. Tubuhnya lemas dan jantungnya berdegup kencang. Ia melihat Lidah Dio bertotol-totol hitam menjulur-julur siap bekerja. Mulut itu terbuka lebar dan semakin mendekat. Dekat. Dekat ... dan..

1 comments:

Shifra February 22, 2010 at 3:21 AM  

Saia menggantikan tlsan pcr yg harusnya uda kepublish tp tnyata ga..dn krn m0dem ny lg aneh jd gpp y aku yg mgantikan..hehe.. Slanjutnya lun-pai y yg meneruskn nya..m0nggo..

  © Blogger templates Brooklyn by Ourblogtemplates.com 2008 modified by: Adriel Shakti

Back to TOP