Wednesday, January 13, 2010

Marley 2

Hari-hariku diisi dengan berbagai hal. Dan berbagai hal juga telah terjadi di rumah ini. Dua orang majikanku, Sisil dan Ferre, telah mengasuhku sejak gigiku belum tumbuh. Kami hanya tinggal bertiga di rumah besar dengan empat kamar ini. Rumah bercat krem muda dengan banyak foto berpigura di dindingnya. Di sebagian foto-foto itu aku bisa melihat diriku sendiri dalam berbagai pose. Ferre sering berkata kalau aku ini banci foto. tapi apa itu banci foto? um.. entahlah.
Tapi aku suka rumah ini. Dengan leluasa aku bisa menjelajah ke seluruh ruangan, menandai dimana saja aku suka dan menyembunyikan apa saja yang aku mau. Pernah saat gigiku mulai akan tumbuh-yang sumpah itu gatal sangat!- aku menyembunyikan belasan sepatu kesayangan Sisil dan mengoyak-ngoyaknya dengan sepenuh jiwa. Begitu Sisil tahu, dia marah besar dan tidak mengijinkan aku masuk rumah selama sebulan! Bayangkan aku harus di luar selama musim semi yang dingin itu! Tega benar memang manusia betina yang satu itu! Untung saja Ferre berhasil membujuknya dan mengijinkan aku masuk ke ruang tamu, padahal biasanya aku bisa tidur di kolong tempat tidur mereka.
Umm.. ngomong-ngomong tentang tempat tidur. Aku sering mendapati tempat tidur di atasku yang dihuni majikan-majikanku itu berderak-derak kalau malam. Kalau sudah begitu biasanya aku merangkak keluar, membuka pintu dan memilih tidur di keset depan pintu.
Yang terakhir ini aku sering melakukannya. Bukan saja karena hampir tiap hari tempat tidur mereka berderak-derak, tapi karena aku suka berjaga di depan pintu seperti itu. Ferre pernah berkata kalau aku di sana untuk melindungi mereka, jadi aku harus kuat dan menjaga dua manusia yang sangat aku sayangi itu. Selain itu saat hari sudah terang dan terdengar klakson sepeda tukang loper koran, maka aku bisa langsung melompat keluar menembus lewat lubang pintu dan mengambil Koran dan melompat balik masuk ke kamar majikanku yang masih melungker dalam selimut.
Lubang pintu berengsel yang bisa meloloskan diriku itu dibuat sendiri oleh Ferre. Ia membuatkannya agar aku bisa buang air di luar dan bukan buang air di kaki sofa kesayangannya. Waktu itu ia menjewerku sampai kepalaku rasanya pusing tiap kali ia mendapati sofanya dikencingi. Padahal kan tidak selalu aku yang kencing di situ, pudel-pudel milik si tante teman Sisil itu selalu kencing di situ tiap main ke sini. Dan selalu aku yang kena hukumannya. Sial benar. Daripada kupingku putus karena dijewer terus-terusan oleh Ferre aku pun memutuskan mendedikasikan diriku untuk melindungi sofa dan apapun kesayangan Ferre dari makhluk-makhluk sok cantik itu.
Sebentar, aku pindah posisi dulu.. hmm.. hidungku gatal. Hattcyim!
Humm.. serbuk bunga banyak beterbangan masuk rumah. Dan aku alergi. Hatcyiim!
Um.. perutku keroncongan. Aku melangkah ke dapur tempat aku mendengar Sisil bersenandung kecil dan memasak makan malam untuk Ferre. Aku berjalan ke arahnya dengan ekor bergoyang-goyang dan lidah menjulur menjilati bibirku.
“Hai, tampan.. kamu lapar?” Sisil berjongkok mengusap-ngusap kepalaku. Aku menjilati pipinya dan ia bergidik geli sambil tertawa kecil. Ia lalu berdiri dan menyiduk semangkuk besar makanan dari karung yang disimpan dalam lemari, memberikannya padaku dan berjongkok menemaniku yang makan dengan lahap.
“Makan yang banyak ya, Marley” ia mengusap kepalaku lagi dan masih berjongkok di situ menemaniku makan. Sesekali aku menatapnya. Sisil. Majikanku itu sudah bukan remaja lagi. Tapi ia tetap cantik. Ferre juga cantik. Ia selalu tampak anggun dan pintar dengan kacamata yang selalu memagari matanya yang selalu dipuji Sisil itu. Lalu aku makan lagi hingga potongan-potongan daging di mangkukku ludes tak tersisia.
Waaaw.. aku kenyang!
Sisil mengangguk-angguk senang lalu meneruskan pekerjaannya.
***
Sudah sore. Dan seharusnya Ferre sudah pulang. Kata Sisil ini hari Sabtu dan Ferre akan pulang cepat lalu kami akan makan enak. Mendengar ia mengucapkan kata enak, liurku langsung terbit dan aku teringat T-bone yang pernah dibawa pulang Ferre di hari Thanksgiving beberapa waktu yang lalu.
Ayo.. Ferre.. cepatlah pulang.
Baru saat tiba makan malam barulah Ferre pulang. Aku sedang menonton Discovery Channel di ruang TV saat aku mencium bau Ferre memenuhi udara. Aku langsung berlari mendapati Ferre, melompat ke pelukannya dan menjilati mukanya.
”Hahahaha.. ya..ya.. terima kasih sudah menyambutku, Marley. Ayo sini aku kenalkan ke anggota keluarga baru kita”
Ia menurunkanku dan disanalah mereka. Di hadapanku. Tiga manusia. Yuiko, Jill, dan Nana, mereka mengenalkan diri mereka masing-masing dengan muka berbinar-binar. Dan yang paling berbinar-binar adalah Luina, labrador betina yang duduk di sisi Yuiko. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku. Mataku tertuju ke satu makhluk berbulu hitam bertampang dingin dengan ekor panjang yang juga berbulu lebat dalam gendongan Nana.
Aku pun menggeram.








------------------------
okurete sumimasen.. >,<
maaf telat banget nulisnya..

hai, sugi wa...... Jumi san! dozooooo..... XD

0 comments:

  © Blogger templates Brooklyn by Ourblogtemplates.com 2008 modified by: Adriel Shakti

Back to TOP