ogah nikah hahahahaha (ke 7)
Aku terbangun dengan perasaan takut.
Atap putih. Kipas angin. Jam dinding sekolah. Jam dinding sekolah...artinya aku masih di sekolah. Baguslah, aku bukan di rumah anak perempuan itu.
Kuangkat kepalaku untuk melihat ruangan itu dengan lebih seksama, tapi.. “Ow!” Rasanya kepalaku seperti dihujani jarum! Pandanganku berkunang-kunang. Ampun, sakitnya. Kupegang kepalaku untuk memeriksa apakah ada yang terluka dengan mata terpejam menunggu sakitnya reda. Kusisir pelan-pelan mengitari kepala dari belakang ke depan. Berharap tidak ada yang pitak karena dicukur untuk menjahit luka bocor.
Tiba-tiba aku teringat dengan bayangan kaki dan perutku yang terpisah di dalam tabung. Aku segera mengangkat tubuhku berusaha membuka selimut. “OW!” Dua kali! Dua kali melakukan kebodohan yang sama! Sudah tahu sakit kalau mengangkat kepala masih juga diulang.
Baiklah. Dengan jantung berdebar-debar aku mulai meraba tubuhku pelan-pelan. Kuletakkan tangan kiriku ke atas perut dan mulai meraba ke bawah......ke bawah.......pfiuuuhhh...perut dan kedua kakiku masih lengkap terpasang. Terima kasih, Tuhan. Ternyata hanya mimpi buruk.
“Orang aneh.”
Aku menengok ke arah suara tersebut dan melihat anak perempuan itu sedang duduk di kursi mengamatiku. Astaga, ternyata dari tadi dia duduk disana.
“Baru bangun pingsan kok grepe-grepe badan sendiri. Orang aneh.”
Ingin menjawab, tapi suaraku tak mau keluar. Aku grepe-grepe badan sendiri kan karena dia. Membuka mulutku pun aku tak bisa. Aku takut dengan anak perempuan ini. Ah, kenapa aku takut berbicara dengan dia?
“Kenapa? Kamu mau ngomong apa?”
Ia diam menunggu jawaban. Aku masih belum bisa eh, berani berbicara. Aduh, dia cantik sekali. Rambut hitam panjangnya tergerai hingga punggung.
“Kamu biasa pingsan tiba-tiba? Kamu bikin panik anak-anak sekelas. Aku dikira penyebab pingsannya kamu. Makanya sekarang aku disuruh menjaga kamu. Katanya kalau kamu sudah sadar, aku harus lapor ke guru penjaga ruang kesehatan.”
Oh, ternyata aku di ruang kesehatan. “Maaf.”, tiba-tiba kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
Ia mengangkat sebelah alisnya dan berkata, “Ngga papa sih. Aku suka bau alkohol dan obat-obatan. Baunya menenangkan. Jadi aku senang-senang saja menunggu disini.”
Orang aneh, pikirku.
“Jadi, siapa namamu?”, tanyanya.
Dijawab sama mucikarie kita yang terkenal hehehe.....
9 comments:
Jadi, anak perempuan itu anaknya papa&papi? Trus yg anaknya mama&mami ini jantan? ato malah mo jadi cerita homo beranak pinak homo?
Ntahlah jumi. Tp sesuai kesepakatan, tunjuklah org yg tsisa untuk mhabisi kisah ini, jd org itu tdk blh dtunjuk. Yg tersisa, siska-orion-luna. kr mucikarie dpt jatah dr mithya.
tapi kalo dr reichan sptnya anak mami mami itu laki dan anak papi papi itu pereu, tp entahlaah,apppa saja bisa terjadi, hwahahahahahaha, seruw!
belum tentu neh anak cewek mama-mama jadian ma anak cewek papa-papa khan? tergantung kak go n yg selanjutnya.
perasaan gw ga enak nih, duh.
sama kak siska.. beugh..
hjiyaaaa...kenapa ngga ada paragrafnyaaa???
hehe...harus pake paragraf ya? absurder juga harus mengikuti kaidah penulisan yg benar kah?
ngga harus laaa..tapi gue nulisnya berparagraf..terus ternyata disini berantakan huehehe....
absurder harus menulis sesuai dengan kreatifitas dan peraturannya masing-masing. Ntar kita jadi nenek-nenek bawel penggila peraturan dan hidup stres marah-marah mulu ngomentarin orang kalo ngga...hehehe
Post a Comment