no more life lanjutannyaaaa....
Kugulung lengan bajuku sebelum kuambil pisau bedah itu. Dua minggu terakhir ini aku menjadi akrab dengan pisau-pisau itu. Tapi hanya satu yang sering aku gunakan. Pisau penyayat kulit. Tajam, ramping dan begitu pas. Kugenggam erat gagang pisau yang dingin dan menancapkannya. Pintu pun terbuka setelah terdengar bunyi mendesis. Lalu kembali orang-orang tampak berseliweran.
“Kuncimu rusak lagi?” Tanya Jill yang masuk ke lab begitu aku membuka pintu. Aku menggaruk-garuk kepalaku dan menyerahkan laporan sesi hari ini.
“Seri si bangsat belum bisa dilaunching bulan ini. Emosinya masih kurang stabil.”
Jill hanya mengangkat bahunya dan mendekati seri tujuh yang masih tergeletak di lantai.
Aku menghela nafas panjang dan memasukkan kembali kunci pisau bedahku ke kantong jas labku.
“Menurutku dia sudah cukup baik”
Jantungku menghentak keras kala kudengar suara itu mengalun tepat di belakangku. Ya Tuhan.
Aku menoleh dan mendapatinya berdiri dalam balutan kemeja putihnya yang kebesaran dan jeans yang robek di kedua lututnya. Ia tersenyum ramah lalu berjalan melewatiku yang mematung menatapnya.
Hmm... wangi parfumnya yang lembut dan menenangkan terbang menyapa hidung dan sadarku ketika ia lewat. Sekuat tenaga aku berusaha tenang dan sewajar mungkin mendekatinya yang sedang mendiskusikan proyek terbaru kami itu.
“Hai, Rey. Tanpa seragam dan jas lab lagi hari ini?” sapa Jill yang melirik sekilas pada rekan kerjaya itu lalu kembali menekuri kepala si bangsat. Yang disindir hanya tertawa terkekeh lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong kemeja putihnya. Chip perak.
“Aku sudah buat program baru dan kita bisa selesaikan secepatnya”, katanya.
“ Kalian saja. Aku harus pergi meninjau seri lima di pusat. Tadi pagi sebagian processor mereka terbakar tiba-tiba. Aku harus memeriksanya”, jawab Jill datar.
”Oh? Jadi aku akan berdua saja dengan mmm..” ia menoleh padaku memicingkan matanya , berusaha mengingat.
”Mini” jawabku singkat. Degupan jantungku berangusr-angsur kembali normal dan aku harus tenang. Harus.
”Ya! Mini. Apa kamu tidak apa lembur lagi kali ini?”
”Tak apa. Aku sudah mulai bosan dengan si bangsat itu. aku ingin ia cepat selesai karena seri 8 sudah memenuhi kepalaku”
Ia tersenyum lega mendengar jawabanku.
“Oke kalau begitu.. kita bisa pergi sekarang”.
”Pergi?” tanyaku. Ia mengangguk lagi lalu bangkit. Menguncir rambut pendeknya dan menatapku.
“Kamu tahu kan aku lebih suka membuatnya menjadi pekerjaan rumah. Ayo”.
Hah?
Ia melenggang pergi setelah memberikan chip peraknya ke tangan Jill. Aku masih terdiam saat melihatnya keluar lab. Entah terdiam karena terbius wangi tubuhnya atau terdiam karena asupan oksigen yang kurang di otakku karena belum makan sejak semalam. Mungkin yang kedua. Sudah seminggu ini aku tidak keluar lab dan makanan kaleng membuatku muak.
“Ini”. Jill menyodorkan setumpuk map dan cd program ke tanganku.
“Apa ini?” tanyaku.
“Pekerjaan rumah Rey”. Katanya datar.
Nice. Seminggu lembur di lab dan sekarang jadi babu angkat barang milik professor muda serampangan yang baru aku kenal dua hari yang lalu.
Dengan susah payah aku membawa tumpukan pekerjaan rumah Rey menuju mobilnya. Keren sih keren tapi kalau seperti ini terus tidak bisa dibiarkan. Memangnya aku babu disuruh angkut-angkut mapnya seperti ini! Sial!
”Ah! Maaf sudah membuatmu menggerutu dan merepotkan seperti ini”. Entah darimana datangnya makhluk itu tapi tiba-tiba saja ia mengambil semua bawaanku dan membiarkanku berjalan melenggang di sebelahnya. Kami berjalan menuju basement dan selama perjalanan itu mataku tak pernah lepas menatapnya yang terus bercerita mengenai program yang baru saja ia buat. Dia sangat manis. Berulang kali ia meniupi poninya yang kepanjangan agar menyingkir dan tidak menutupi matanya.
”Sebentar”. Aku mengambil klip rambut dalam kantong kemejaku dan dengan sedikit mendongak aku menjepit poninya ke samping. Dan saat itulah aku baru sadar kalau aku berdiri dekat sekali dengannya. Sejak saat itu pulalah aku sadar kalau ia memiliki mata terindah yang pernah aku lihat. Hitam seperti malam dan berkilau sejernih kristal.
”Mini..”
ja, dozo.. mba rashii...hehehehe...
8 comments:
*sniff sniff* mencium aura aura adriel disini.. ahahahhahaha..
mba rasiiiiii.. yuhuuuu...
alamak..bau2 sayaaa??? darimana bisa jadi sayaa?
*mengendus2 di udara..fa-fa-alfa charlie alfa romeoo...jadi ingat dono kasino indro..ckckck*
mari, mbak rasi alias orion alias onion alias rio alias mbak sari alias iyo alias kakak gokong alias apaan lagi yaa?
ps: pacar saya keren ya.. hihihihihi..*narsis-in pacar*
Hwee.. X'3
*blushn malu2,peluwk pacar*
hwahahahaha,swetuju sama belu,ckckckck*memandang shifra dgn tatapan jail*sayang banget ya mba sama pacarnya yang urakan,serampangan,berambut brindil itu???hwahahahahahahahahahha*jitak jitak reichan*..aaaanyway,saaaaangat bagus sekali ceritanya*tepuk tangan tepuk kakiiii*bravoooo braaaaaaaaaavooooo
Hwe? Adriel maxudnya? X3
Uwm.. Emang keliatan ad dy gt d situ? Mmmm...
Aku senang kalo critanya dpt resp0n yg baik..ehehehehe..
*menahan diri sebisa mgkn biar g narzis*
Hwohohohohoho...
Iyawh! Aku sayaaaaang bgt ma pcrkuwh si adriel shakti ituwh! Hwaaaaa... X'D
*HEboh sndiri*
*memandang shock atas reaksinya shifra..*dek adriel,binai lu absurd*ngeloyor dengan cueknya*
bwaaaahahahahaha...*membayangkan brindil dijepit poni absurnya pake penjepit rambut blink blink*...patut dicoba tuh...hehehe
Post a Comment