No More Life (Sedoso)
"Baiklah kalo begitu! Semua syarat akan saya penuhi," Rey menyanggupi. Sesaat ada angin kecil mengelus tengkuknya. Bulu kuduk Rey berdiri. Seperti telah melakukan perjanjian dengan setan.
"Hi hi hi hi hi..." tawa Jumi misterius lalu sambungan telephon tertutup.
Rey memutuskan untuk pulang setelah itu. Mini sempat heran melihat Rey pucat setelah mengakhiri percakapan dengan Juminten Jamu.
"Yakin dengan keputusanmu Rey?" tanya Mini dan hanya di balas dengan tatapan kosong Rey.
Seminggu...
"Rey...kamu tambah pucat! Kamu kurang tidur ya?" Mini memperhatikan lingkaran hitam di sekitar mata Rey. Kontras sekali dengan kulitnya yang memucat.
"Seminggu ini banyak kejadian aneh Mini! Seperti ada yang mengikuti aku. Bruno juga akhir-akhir ini gelisah. Seperti ada orang asing yang selalu memperhatikan aku."
"Hmmm...mungkin karena kamu terlalu memikirkan project robot baru di Divisi. Kadang terlalu lelah bisa berhalusinasi yang enggak-enggak Rey. Oia, kamu sudah hubungi Juminten Jamu lagi?"
"Belum, coba sekarang aku hubungi dia!" Rey mencopot telinga Mini.
Lingsir wengi slirahmu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet...
Rey begidik denger ring back tone Juminten. "Kenapa ganti menakutkan gini?" pikir Rey
"Mas Rey my maaaaaan!!! Ghimana khabare Mas?"
"Baek Jum! Gimana perkembangannya Jum?"
"Buereeees Mas! Ndak perlu khawatir. Tapi saya butuh Mini dhan Mas Rey dathang. Saya udah siapkan indhung telur buat dikombinasikan gen-gennya dengan struktur pembentuk Mini. Telur itu harus masuk inkubator yang saya cangkokkan ke tubuh Mini seperti yang saya jhelaskan sebelumnya itu mas. Saya yakin 100% berhasili. Dan Mas Rey harus..."
Sekali lagi bulu kuduk Rey meremang mengingat perjanjiannya dengan Jumi. Kata-kata Jumi hampir tak didengarnya sampai Jumi ngomong, "Mas Rey ndak boleh ingkar! Kecuali Mas Rey mau celaka..."
"Kapan kami musti kesana Jum?"
"Malam Jumat Legi mas, besok!"
"Kenapa musti malem Jumat Legi?"
"Ndak usah banyak tanya deh mas! Siapin ayam cemani, minyak seribhu bhunga, dhan sejumput tanah dari depan rumah mas Rey! Saya tunggu mas!" telphon pun ditutup.
Rey semakin bingung dengan persiapan yang musti dibawa. Mencoba mencari benang merah antara bayi robot pesanannya dengan ayam cemani. Tapi dia mencoba menerima, mengingat Jumi adalah tukang Jamu yang cukup eksentrik di masanya.
Besoknya Rey menuju kediaman Jumi. Agak terpencil dan Rey lupa persisnya. Masih sore saat itu, mobilnya diparkir di depan balai desa yang kurang terawat. Rey dan Mini memutuskan jalan kaki dari sana. Dari seberang tampak kakek-kakek mendekat menghampiri mereka berdua. Rey berhenti melangkah. Membeku di tempatnya. Rey merasa kakek itu membaca pikirannya. Jarak mereka sudah dekat sekarang.
"Tindakanmu cukup bijaksana anak muda, tapi sekarang kau sudah terlalu jauh melangkah dan terlalu terlambat untuk membatalkan semua," kata kakek itu yang hampir menyerupai desisan. "Bawalah ini dalam perjalananmu!" lanjut kakek itu. Tanpa menunggu persetujuan Rey, diselipkannya taring kecil yang disematkan di tali dari kulit ke tangan Rey. Kakek itu melirik ke arah Mini sesaat lalu meninggalkan mereka berdua.
"Tapi untuk apa kalung ini Kek?" Rey memutar tubuhnya mencari sosok kakek itu, tapi kakek itu sudah lenyap dari pandangannya. "Semakin aneh saja..." pikir Rey dalam hati. Nggak ada alasan buat kembali. Mereka berdua meneruskan perjalanan. Belum terlalu malam saat itu, tapi kabut mulai turun, dan suasana desa yang sepi ini menjadi semakin mencekam. Suara angin bercampur dengan deritan pohon-pohon bambu yang saling bergesekan. Mini menyalakan lampu sorot di ujung jari telunjuknya, menerangi jalan sempit yang mereka lalui. Mereka nggak tau ada sosok perempuan berambut panjang memperhatikan dari balik rimbunnya pohon bambu kuning. Radar Mini pun nggak menangkap kehadiran makhluk itu.
"Mini, coba cari tau apa benar ini jalan menuju kediaman Jumi? Dan lihat apa kita di posisi yang benar!" perintah Rey, sesaat dia ragu dengan ingatannya. Mata mini mengeluarkan cahaya hijau membentuk garis-garis tipis menampilkan tempat mereka berada, dengan dua titik fokus yang berpendar. "Benar! Sekitar 20 meter lagi dari tempat kita." Rey kembali melangkahkan kakinya. Dirapatkan jaket kulitnya sesaat sesudah dia mengalungkan taring pemberian kakek yang ditemuinya tadi.
Jantung Rey berdetak begitu kencang hingga dia bisa mendengarnya. Mulutnya terasa kering. Dia sudah berdiri di depan pintu rumah Jumi. Catnya sudah kusam tak terurus. Rey mengetuk pintu itu. Dan pintupun terbuka perlahan. Mini menggigit bibir bawahnya. Rey menghembuskan nafas panjang dan gemetar.
Terdengar suara geraman perlahan dari balik pintu yang baru membuka sebagian. Dan saat pintu terbuka lebar Rey melihat sepasang sorot mata yang dingin menatapnya. Mata anjing berbulu keperakan itu menantang tatapan Rey. Hampir menyerupai serigala. Rey menatap gigi-gigi tajam dan air liur yang menetes dari rahang anjing itu. Setelah cukup yakin anjing itu nggak akan menyerang, Rey menggenggam pergelangan tangan Mini dan menggandengnya masuk ke dalam. Ruangan itu pengap, tercium bau balok-balok kayu yang membusuk. Rey berjalan di depan Mini, memutar, menghindari tatapan anjing itu.
"Jum...." panggil Rey pelan. Tengorokannya tercekat.
Monggo yang jadi bintang utama dilanjutkeeeen.....
6 comments:
Woaaa.. Pensievenya jadi horor. Ini baru namanya pensieve absurd. I like this!
Gak sabar nunggu ending dari Reince.
Hwahahaha! Setuju sangat saia! Makin keren! Hwehehe..td abis crita2 hantu,
Bc pensip ini,gelap2 hmpir tngah malem d st.. Hwahaha.. Mantaf! Ayo lanjuwtkeun.. X3
yaelaaah...bintang utamaa....kak rie ini bikin saya malu sajaaaa...bintang utamanya bukan saya..
hehehe..
*garuk2 kepala*
hmm..
*merinding*
hmm..
iya..saya lanjutkeun..aaaaahh..knapa horooorrr..
*merinding lagi*
Hahahahaha. Kita kereeen. Hehehe *narcist masal* ayo,ndiil...habisi!
jiahahahahahahahahaha,hajaaaaaaaaaar,berikan ending yang glodakaaaaan,jiaaaaah
ending glodakan = nulisnya sambil diiringin tabuhan ya?
Post a Comment