No More Life ( 9 )
“AHA!” Rey tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil setengah melompat. Mini terkejut dan mundur beberapa langkah, dia kira pantatnya Rey disengat kalajengking.
“Mini sayang, aku dan ayahku memang tidak sehebat itu. Tapi kamu bisa kok hamil dan punya bayi.”
“Caranya?” Mini tidak yakin dengan ucapan Rey.
“Kamu tau Juminten Jamu kan?”
“Iya tau. Trus kenapa? Masa aku mo disuruh minum jamu? Bisa korslet semua pirantiku.” Mini masih bingung.
“Bukan begitu Miniiiiiiiiii. Juminten Jamu itu kan bukan tukang jamu sembarangan. Dia tukang jamu yang paling canggih sejagad khayalan. Dia serba bisa tauuuuuu. Kalo kamu gak percaya, kita telpon sekarang ya?”
Rey mencopot telinga Mini, memencet tombol disana dan melekatkannya ditelinganya sendiri.
Umpamane Kowe Uwis Mulyo
Lilo aku Lilo
Yo Mung Siji Dadi Panyuwunku
aku Pengin Ketemu
Sanajan Sak Kedeping Moto
Kanggo Tombo Kangen Jroning Dodo
*ringback tone-nya Juminten* Hihihi..
**setiap dialognya Juminten dibaca dengan logat jawa yang paling medhok
“Halo. Juminten dhisini. Siapa dhisana?”
“Hai Juminten. Ini Rey anaknya Pak Roy.”
“Oooo.. Mas Rey tho. Adha apha ya? Kok tumbhen-tumbhennya telephon saya.”
“Ini Jum.. Aku mo minta tolong dikit.”
“Owalah. Dhasar Mas Rey ki. Nek adha perlunya ajha bharu cari saya. Apha tho yang bhisa saya bhantu?”
“Mini pengen punya anak, Jum. Masalahnya dia kan robot. Kira-kira kamu bisa Bantu gak?”
“Woaduh. Lha yo saya ndhak bhisa bhantu. Saya sendhiri bhelum pernah dhenger adha jamu untuk bikin robot hamil.”
“Halah.. Jangan becanda Jum. Aku kan tau kamu itu bukan tukang jamu sembarangan. Kalo yang gendut aja bisa kamu bikin langsing, yang tua jadi muda, yang brindil jadi kribo, masa bikin Mini hamil aja gak bisa?”
“Hihihi.. Mas Rey ki lho bhisa ajha.”
“Jadi gimana? Bisa kan? Berapapun biayanya saya bayar deh.”
“Nah itu yang saya tungghu. Baiklaaahh. Asal adha duitnya sih saya bhisa lah. Hihihi. Maaf ya Mas Rey. Kan bhisnis is bhisnis, mani is mani, pren mah kelaut aje.”
“Trus prosesnya gimana tuh Jum?”
“Sek tak mikir dhulu. Mas Rey telephon laghi nanti 5 menit lagi wae yo?”
Tut.. tut.. tut...
Rey belum sempat menyahut tp telponnya sudah ditutup oleh Juminten.
“Dasar Juminten! Gak sopan. Maen tutup aja. Padahal yang telpon kan aku.” Gerutu Rey kesal.
“Gimana Rey?” tanya Mini penasaran setelah melihat Rey melepaskan tenglinga miliknya.
“Katanya sih bisa. Tapi tau deh. Nanti kita telpon 5 menit lagi.” Jawab Rey masih terdengar kesal.
Lima menit kemudian…
Umpamane Kowe Uwis Mulyo
Lilo aku Lilo
Yo Mung Siji Dadi Panyuwunku
aku Pengin Ketemu
Sanajan Sak Kedeping Moto
Kanggo Tombo Kangen Jroning Dodo
“Halo Mas Rey. Saya sudah punya idhe.” Juminten langsung nyerocos mengutarakan idenya sebelum Rey sempat mengatakan sepatah kata pun. “Beghini, Mas Rey tau ndhak Vicky the Robot serial dhi te-pe-er-i jhaman dhulu? Yang adha robot cewek kechil, cantik dhan cerdhas itu? Nah saya rasa saya akan membhuat baby mini seperti itu. Taphi ya prosesnya ndhak bhisa sehari jadhi. Yah kira-kira 10 bhulan 9 hari lah. Jadhi nanti Baby Mini ini akan saya tanamkan super chip yang kemampuannya melebhihi apa yang dhimiliki oleh Mini. Nanti setelah super chip ini saya program, perlu dhi baking dulu dhengan temperatur 500 dherajat celcius selama 10 bhulan untuk menguji ketahanan terhadhap suhu agar ndhak mudah rusak. Nah proses baking ini harus dhijaga betul. Temperaturnya ndhak bholeh turun naik. Dhemikian jugha dhengan arus dan tegangan yang kita supply ke dhalam chip, harus konstan 2 ampere 200 volts. Dhalam proses inilah kita akan mengkondhisikan Mini hamil. Kan Mas Rey tau sendiri bhagaimana listrik dhari PLN yang sering byar-pet. Itu sangat bherbahaya untuk proses baking super chip ini. Makanya saya akan membherdayakan Mini untuk menjhaganya sekalian kan dhia bhisa mengontrol suhu, arus dan tegangan. Nanti saya akan mencangkokkan oven kedhalam tubuh Mini untuk proses baking. Yah kita angghap sajha oven itu sebhagai rahim. Sementara Mini saya sibukan dhengan proses itu, saya akan menyiapkan bhagian-bhagian tubuh untuk si Baby Mini. Uhuk.. uhuk.. Sebhentar Mas Rey. Saya minum dhulu. Capek jhe ngomong terus.”
Setelah beberapa saat, “Mas Rey masih dhisana tho? Kok diem sajha dhari tadhi?”
“Iya. Gimana mau ngomong? Kan kamu nyerocos aja dari tadi.”
“Hehehehe. Jadhi bhagaimana? Sedherhananya yah konsepnya seperti itu. Cukup masuk akal kan?”
“Boleh juga. Dan sepertinya Mini juga gak akan keberatan untuk itu. Tapi gimana urusan biaya? Berapa yang harus saya sediakan?”
“Urusan biaya Mas Rey ndhak perlu memikirkan dhulu. Untuk Mas Rey saya kasi gratis ajha. Asalkan setelah Baby Mini jadhi, yah giliran Mas Rey yang menghamili saya.”
PS: Arie, tugas dulu baru pacaran!